Ketika Hati Menjerit Tangisan Air Mata

Friday, 17 April 2015

Hati menjerit tangisan air mata, ketika perasaan tidak sesuai dengan realita.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika perasaan diabaikan.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika aspirasi dibungkam.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika emansipasi tidak diindahkan.


Hati menjerit tangisan air mata, ketika HAM diinjak-injak layaknya binatang.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika “ibu” dengan segala miliknya dirampas.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika kaumku menyukseskan “dia”.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika fakta dibolak-balik.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika pembuat aturan melanggar aturan itu.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika persatuan dan kekeluargaan terpecah.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika berada di kota kevakuman.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika orang tua tiada.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika kehidupan dalam bayang-bayang masa lalu.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika visi dan misi baik menjadi pajangan semata.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika kasih sayang dan cinta kasih diabaikan.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika pemimpin melalaikan tugas dan tanggung jawabnya.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika ruang demokrasi dibungkam.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika kebebasan pers dibungkam.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika aku harus dijadikan kamu.

Hati menjerti tangisan air mata, ketika ketulusan hati dipermainkan.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika kaumku saling bertikai.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika “politik hitam” digencarkan pada aspek-aspek kehidupan.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika bakat dan kelebihan dipendam.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika uang berbicara.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika kehidupan diteror.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika nilai angka “berbicara”.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika ditimpa berbagai bencana.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika mimpi-mimpi putus di tengah pergulatan hidup.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika terintimidasi tangan keras penjajah.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika “senjata” tidak diasah.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika ouput dihargai dibanding proses.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika kevakuman berlarut.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika jati diri diabaikan.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika kemunafikan melaju.

Hati menjerti tangisan air mata, ketika tanah dipermainkan.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika hari hidupku terhitungkan.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika tangan ditutup.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika sesama disakiti.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika kesakitan berlarut.

Hati menjerit tangisan air mata, ketika keinginan melebihi keinginan itu sendiri.

Hati akan sangat menjerit tangisan air mata, ketika tangisan air mata dibiarkan berlarut.



Aten Pekei

Sumber: http://majalah-blackkoteka.blogspot.com/2014/10/ketika-hati-menjerit-tangisan-air-mata.html

No comments :

Post a Comment