Kedua orang itu adalah Oliver Tambo dan sahabat seperjuangannya, Nelson Rolihlahla Mandela. Mereka berada di London dalam pelarian, dikejar-kejar polisi Afrika Selatan, sekaligus untuk menggalang bantuan buat perjuangan melawan rezim apartheid. Ketika melihat patung Jan Smuts, setengah berkelakar mereka mengikrarkan impian bahwa suatu saat patung orang kulit hitan didirikan di sana.
Tambo, yang wafat pada 24 April 1993, tidak bisa menyaksikan ketika impian itu akhirnya terwujud. Mandela datang lagi ke halaman Westminster pada 29 Agustus 2007 untuk menghadiri peresmian patung pria kulit hitam berbaju batik setinggi 2,7 meter. Perdana Menteri Inggris Gordon Brown, dalam sambutannya setelah penyibakan tirai patung, mengatakan Mandela akan dikenang sepanjang masa sebagai pemimpin yang mengakhiri politik perbedaan warna kulit ( apartheid ).
"Dia tidak bisa dibungkam dengan sel penjara, pengadilan sandiwara, dan bahkan ancaman eksekusi," kata Brown, yang memapah tamu kehormatannya itu saat menuju podium. Di mata Brown, keyakinan Mandela akan masa depan begitu kuat, bahkan tak lekang didera derita 27 tahun di balik jeruji penjara dan kawat berduri.
Mandela merendah, Ia menganggap kehadiran patung dirinya di Wesrminster itu sebagai representasi perjuangan banyak manusia. "Meski ini patung satu orang, tapi sejatinya ia melambangkan mereka semua yang melawan penindasan terutama di negara saya," kata Mandela, 89 tahun, di depan 7.000-an hadirin. Menurut sang legenda, sejarah perjuangan di Afrika Selatan kaya dengan kisah-kisah pahlawan, sebagian kisah para pemimpin, sebagian lagi kisah para pengikut. Dan semua kisah itu patut dikenang.
"Oliver pasti bahagia seandainya berada di sini, " ujar Mandela menyebut nama depan sahabatnya yang pernah menjabat Presiden Kongres Nasional Afrika ( ANC ). Partai yang dilarang semasa apartheid itu meraih 62% suara pada pemilihan umum demokratis multiras pertama di Afrika Selatan dan mengantarkan Mandela menjadi presiden kulit hitan pertama di negara itu pada 10 Mei 1994.
Saat itu, Mandela telah terentaskan dari jurang gelap penindasan rezim apartheid Afrika Selatan, yang selama puluhan tahun tak mengusik perhatian negara kampiun demokrasi. Perjuangan panjang Mandela dan rakyat Afrika Selatan akhirnya didengar masyarakat dunia, dan ia dinobatkan menjadi peraih Hadiah Nobel Perdamaian 1993, bersama rekannya, Frederick Willem de Klerk. Keduanya dinilai berjasa menyudahi era rezim apartheid secara damai, dan meletakkan pondasi demokrasi Afrika Selatan.
Sebelum fajar demokrasi itu, Mandela hidup dalam dua jenis kegelapan, yaitu main kucing-kucingan dengan aparat di alam gerakan bawah tanah, dan pengapnya penjara Robben Island. "Saya menjadi makhluk malam," tulis Mandela dalam otobiografinya Long Walk to Freedom, yang mengisahkan tentang masa pelariannya.
Ia bersembunyi di siang hari, dan beraksi saat hari gelap. Suatu hari, ia berada bersama komunitas muslim di Cape Town, hari yang lain Mandela ada di antara pekerja di Natal, atau bersama buruh di pelabuhan Elizabeth. Ia bergerak dari satu kota ke kota lain untuk menghadiri pertemuan-pertemuan rahasia pada malam hari.
Pada tanggal 26 Juni 1961, di hari kemerdekaan Afrika Selatan, Mandela mengirim surat ke koran-koran setempat untuk memompa semangat masyarakat pendukungnya. Ia mengajak mereka menuntut terus konvensi nasional konstitusi. "Saya menyatakan lagi bahwa kampanye pembangkangan seluruh negeri akan dilancarkan jika negara tak mau mengadakan konvensi seperti itu," kata Mandela dalam surat itu.
Mandela sadar sepenuhnya bahwa surat perintah penangkapan dirinya telah keluar dan polisi memburunya. Namun, Dewan Aksi Nasional yang dimotori para tokoh ANC menyarankan agar ia tidak menyerahkan diri. "Saya menerima saran ini dan tak akan menyerahkan diri ke pemerintah yang tidak saya akui. Setiap politikus yang serius akan menyadari bahwa kondisi saat ini di negara ini, mencari kesyahidan murahan dengan menyerahkan diri ke polisi adalah naif dan kriminal..."
Mandela berkisah, penyamaran yang sering dilakukannya adalah menjadi sopir, juru masak, atau tukang kebun. Keadaan ini kerap menjadi sumber imajinasi pers. Halaman muka koran-koran berisi klaim tentang keberadaannya. Lalu, aparat membuat blokade jalan di seluruh negeri, namun polisi selalu gigit jari.
Meskipun gemar berkawan, Mandela mengaku lebih menyukai kesendirian. Dengan begitu, ia punya kesempatan menjadi diri sendiri, membuat rencana dan berfikir. Namun, tak ada orang yang tahan terus-menerus kesepian. "Saya sangat merindukan istri dan keluarga saya." Hanya, ada saja kejadian-kejadian yang membuatnya tabah.
Suatu sore di Johannesburg, ia menyamar sebagai sopir, menyandang kain lap panjang dan mengenakan topi, menunggu penjemputan di satu sudut jalan. Mandela tahu seorang polisi mengawasinya. Ia melihat sekeliling untuk mencari-cari tempat aman. Namun, belum sempat ia kabur, si polisi tersenyum padanya seraya mengacungkan dua jempol tanda salut ANC dan pergi. Di lain hari, seorang sersan memberitahu Winnie ( istri Mandela ): "Pastikan Madiba ( gelar klan Mandela ) tak berada di Aleksandra Rabu malam karena akan ada penggrebekan di sana." Maka, Mandela kian yakin gerakannya didukung banyak polisi, terutama polisi kulit hitam. Akibatnya, polisi kulit hitam kerap dikritik keras oleh kolega mereka karena dinilai membantu gerakan Mandela.
Jalan Hidup Nelson Mandela
- 1918
- Dengan Nama Rolihlahla Dalibhunga Mandela lahir di sebuah desa kecil di provinsi Cape.
- 1927
- Ayah Mandela meninggal
- 1943
- Bergabung ke Kongres Nasional Afrika ( ANC ), sebagai aktivis.
- 1944
- Bersama sahabat karibnya, Oliver Tambo, dan Walter Sislu, Membentu Liga Pemuda ANC. Di tahun ini pula Nelson Mandela menikahi Evelyn Mase ( istri Pertama ). Mereka bercerai tahun 1957 setelah mempunyai tiga anak.
- 1956
- Bersama 155 aktivis politik lain, dituduh berkonspirasi menumbangkan penguasa.
- 1958
- Menikahi Winnie Madikizela ( istri kedua )
- 1960
- Membentuk sayap militer ANC
- 1962
- Ditangkap polisi, dinyatakan bersalah melakukan sabotase dan pengkhianatan dan dihukum seumur hidup, mula-mula di Robben Island
- 1992
- Bercerai dengan Winnie setelah istrinya itu terlibat penculikan
- 1993
- Bersama FW de Klerk mendapat Hadiah Nobel Perdamaian
- 1994
- Terpilih sebagai presiden Afrika Selatan
- 1998
- Menikahi Graca Machel, janda bekas presiden Mozambique, pada ulang tahun ke-80.
- 1999
- Mundur dari kursi presiden untuk memberi jalan bagi Thabo Mbeki, yang dijagokan ANC
No comments :
Post a Comment