skip to main
|
skip to sidebar
SUARA DIDING PENJARA PORLES NABIRE
Malam kian menyelimuti ruang di balik jeruji besih,
terpuruk dalam bating kesiksaan,
berharap kebenaran dalan dunia iblis.
Tak merasa malu,
kiang gila malam itu berteriak seperti anjing menggonggong.
Yang benar dikurung, yang menjadi pemeras, penguras, dan pembunuh terus berpesta porah diatas darah dan tulang bangkai.
Terkurung seakan besih-besih tua dalam ruang itu menjadi sahabat sejati,
diatas derita menamba luka bating.
Sebenarnya siapa yang salah..?
Kami salah apa..?
Nurani tak terima namun hati berkata itulah jalan proses sebuah kebenaran.
Orang benar harus disalahkan, orang yang mencari keadilan harus dikurung, orang yang mencari kedamaian dunia harus mati.
Sebab mereka yang perakus, pembunuh, dan penguasah tak sudih melihat orang benar, pencinta damai dan keadilan.
Suara-suara kian redam dalam dunia malam,
malam itu hanyalah cahaya yang terlihat dari celah dibalik jeruji besih,
pintu-pintu dalam ruangan itu sudah di kunci oleh mereka yang mengurung kami.
Diblog pengasingan itu hanyalah mata yang molotok saling memandang para tahanan,
berjujur bicara pada besih-besih tua yang didepan mata.
Dimana salah, dimana kesalahannya, tak ada arti bagi penguasa dan penjajah.
Yang
penting mengurung orang benar, menjerek dalam jeruji besih, menguras
semua milik orang itu, membunuh anak dan istrinya, membakar rumah
miliknya.
Itulah pikirang penjajah demi penguasahan dan demi harta dunia di negeri ini.
Desederius Hendrik Jhon Goo Nabire_8_2_2015
No comments :
Post a Comment